FOKUS


Akhirnya gue tahu apa yang membuat surat cinta pada mbak -mas HRD kebanyakan menggantung. Fokus. Gw sering ga fokus

Ini satu kelemahan yang gue tahu sejak lama, tapi baru gue sadari akibatnya fatal sekali. Aaargh!!

Hari ini gue kembali mengikuti proses wawancara dengan satu grup media terkemuka. Jujur, gue pengen kerja disana. Di satu sisi gue bisa banyak belajar dan tahu berbagai hal. Di sisi lain, jadi wartawan kan cita-cita gue dari SMP. Err.. 10 tahun gue kerja keras untuk mewujudkan cita-cita ini. Dan rasanya miris aja kalau kehilangan kesempatan karena diri gue sendiri yang nggak bisa menunjukkan diri dan meyakinkan media-media itu bahwa gw mampu. 

Sebetulnya ada banyak hal yang bisa gue ceritakan tentang pengalaman membuat liputan jurnalistik selama kuliah. Salah satu masterpiecenya adalah liputan tentang feature sepak bola tahun lalu, tentu saja bersama Trio Feature TV :D. *kangen liputan!*





Aaargh  betapa kangennya gw liputan! Meskipun panas-panasan dan bikin gosong, capek, rebutan narasumber sama wartawan profesional...
Tapi ada kepuasan tersendiri saat hasil kerja keras itu dinikmati orang. Membuat orang yang ga tahu jadi berpengetahuan. Plus, tahu banyak hal lebih awal. Hehe

*Oke.. Di sini pun tulisan gw mulai kehilangan fokus kan? Mulai ngalor ngidul. See? *frustasi*

Kembali lagi, yang mau gue tulis hari ini adalah tentang pengalaman mencari kerja. Gue merasa ga cukup membuka diri terhadap pewawancara. Sebenarnya gue bisa cerita mengenai bagaimana gue mampu multitasking. Buktinya dulu kuliah sambil BEM dan alhamdulillah IP tetap bagus. Dua hal itu berhasil. Dulu pas menjalani sih rasanya biasa aja, tapi setelah dipikir-pikir sekarang ternyata oke juga ya. Haha :D
Gue juga sebetulnya ingin cerita tentang liputan apa saja yang sudah pernah gue buat. Hal ini sudah direncanakan sebelum wawancara. 

Eh tadi pagi.. Begitu ketemu pewawancara yg baik dan tinggal sekota,malah lupa cerita. Keasikan ngobrol. Memang sih.. Gue ga suka mengumbar keberhasilan yang berhasil diraih, tapi kalau pas wawancara kerja kan perlu jual diri otak & pengalaman. :D

Ini nih masalahnya. Kalau wawancaranya nyaman gw malah jadi keasikan ngobrol dan lupa mau menyampaikan apa aja tentang diri gw, kalau grogi juga sama: jadi nggak fokus juga -___-"

Mari kita lihat contohnya ya...Hal yang mau gue sampaikan misalnya:

1. gw suka berteman dengan orang? Ya. Tapi kalau masalah kerjaan, gw cukup perfeksionis. Harus bagus. Kalau hasilnya biasa atau di bawah rata-rata mah cuma buang energi dong namanya. Hal lain tentang diri gue: meskipun dari luar kelihatannya ketawa ketiwi tapi gw berani dan mandiri. Contohnya, tahun lalu gw pengen banget ikut festival sastra di Ubud. Akhirnya nekad daftar volunteer sendiri dan cabut sendiri. Toh nanti di sana juga ketemu teman-teman baru. Lihat kan, kalau punya tujuan, gue akan berusaha keras untuk berhasil. Sendiri pun tak apa-apa. hehee..

2. Kasus lain: ngomongin tanggung jawab. Gue pengen bilang bahwa gw orang yang bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang dibuat. Tahun 2010 saat gw jadi deputi PSDM.. gue pengen banget magang dan ikut K2N ke pulau-pulau terluar. Sayang jadwalnya bentrok karena waktu itu tugas PSDM di BEM lagi banyak-banyaknya dan nggak mungkin ninggalin anggota gw begitu saja. So i chose to do what I had comitted to. Jujur gue merasa ini salah satu pembuktian diri bahwa gue punya rasa tanggung jawab.

Kalau ditanya menyesal atau nggak karena ga jadi K2N... Gue tetap berpegang pada pendirian bahwa hidup nggak perlu diputar ulang. Pengalaman baik atau buruk itulah yang membawa kita ke kehidupan sekarang. Nggak usah disesali. Dari situ gue belajar untuk lebih hati-hati mengambil keputusan dan tanggung jawab karena setiap tindakan membawa konsekuensi. Sama halnya dengan sekarang. Gue ga bisa balik dan minta diwawancara ulang karena tadi ga berjalan sesuai rencana kan? Wawancaranya mungkin kacau, tapi dari situ gue bisa belajar tentang diri sendiri.

Nah... kembali lagi ke masalah fokus: tadinya gue mau cerita hal-hal yang tadi disebutkan di atas, tapi kumat lupanya waktu wawancara. -____-
Huaa... jadi merasa berdosa sama diri sendiri. Rasanya seperti menutup pintu kesempatan padahal gue punya kemampuan untuk itu.
Mungkin lain kali gw perlu bikin notes untuk mengingatkan mau bicara apa aja. Kaya kalau mau wawancara narasumber. Perlu juga bikin notes kalau mau diwawancara supaya semua kemampuan itu bisa diterangkan. 

Harapan gw: I don't need to learn it the hard way. Sebetulnya postingan ini punya tujuan terselubung. *ngaku!* Hehe. Semoga pewawancara gw tadi membaca postingan ini ( ^^v ) dan melihat lebih banyak potensi yang gw punya, lalu lolos ke tahap selanjutnya dan punya kesempatan membuktikan bahwa gw mampu jadi wartawan. 


Amiiin. :)

Komentar

  1. iya nggi, kayanya lo harus bawa notes super kecil atau tulis di telapak tangan, kayak lagi tugas presentasi :D

    BalasHapus
  2. iyah kayanya begitu dach. kalo nggak omongan gue random. nyahahahaha :D
    atau emang ga cocok aja kali jd wartawan, terlalu bercanda hidup gw :P

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer